Review Film Bioskop Shazam
Hallo Sobat Kepo-Film Shazam yang dirilis pada bulan April 2019 dan ditayangkan diberbagai bioskop Indonesia. Superhero tak melulu harus serius dan juga berbentuk sosok manusia dewasa. Ada kalanya dia adalah seorang konyol dalam sosok anak baru gedhe alias ABG. Namun, dia memiliki tekad untuk melawan kejahatan dan juga melindungi orang-orang yang dia cintai.
Shazam! adalah salah satunya. Dia adalah sosok pahlawan super yang memiliki tekad untuk melindungi lingkungan sekitarnya. Hanya, dia bukan sosok pahlawan biasa. Dia adalah jelmaan seorang ABG bernama Billy Barton (Asher Angel). Ketika Billy meneriakkan kata Shazam!, maka dia akan berubah menjadi superhero dengan kostum warna merah menyala, dengan lambang kilat di dada, dengan jubah putih di bagian punggung dan berusia sekitar 30an tahun. Superhero inilah yang dikenal sebagai Shazam (Zachary Levi).
Bagaimana jadinya ada anak kecil yang terjebak dalam tubuh Superman? Ya, kalian
bisa tonton kisahnya di film Shazam! yang mulai tayang di
Indonesia pada 2 April 2019. Sebagai informasi, Shazam awalnya bernama Captain
Marvel ketika DC menyewa lisensi nama tersebut pada 1972 dan membeli pada 1994.
Karena nama Captain Marvel udah jadi milik Marvel, DC terpaksa ganti nama
karakter tersebut dengan Shazam.
Menceritakan seorang anak asuh berusia 14 tahun yang menjadi pahlawan super.
Kisah asal usulnya mengikuti Billy Batson (Asher Angel) ketika dia bertemu
dengan Wizard Shazam (Djimon Hounsou) yang memberikan bocah itu kekuatan untuk
menjadi superhero Shazam (Zachary Levi). Dalam film itu, Billy harus berhadapan
dengan Dr. Thaddeus Sivana (Mark Strong) yang jahat dan monster Seven Deadly
Sins.
Harus diakui, Shazam! membawa apa yang semua orang selalu
inginkan dari film DC dengan gaya aneh dan masih terasa membumi di dunia nyata.
Shazam mungkin bukan karakter yang paling khas dalam hal kostum atau kekuatan,
tapi pada tingkat kepribadian, jelas berbeda. Hal itu ditampilkan dengan apik
oleh Zachary Levi.
Kocaknya Levi mengingatkan kita pada karakter-karakter yang diperankan Ben
Stiller. Dia juga bisa ngasih kejutan dan dialog satir remaja ala Deadpool.
Didukung oleh Asher Angel juga melakukan pekerjaan yang baik sebagai Billy
Batson. Dia membumikan kisah dengan beban emosional, sedangkan Levi
mengangkatnya dengan komedi.
Mark Strong sebagai Dr. Sivana, jadi supervillain DC
yang tampil menarik daripada kebanyakan penjahat sekali pakai film superhero
lain. Cooper Andrews dan Marta Milans sangat menyenangkan sebagai orang tua
asuh Batson, sementara Djimon Hounsou sebagai Wizard Shazam tampil agak kaku.
Namun, senjata rahasia
sebenarnya dari film ini adalah saudara dan saudari asuh Batson, termasuk
Freddy oleh Jack Dylan Grazer yang dengan mudah tampil sebagai MVP. Terlebih
kepekaan komedi dan chemistry-nya dengan Levi adalah jantung yang
sebenarnya dari film ini.
Memang, kebanyakan film superhero pasti memasukkan unsur keluarga. Tinggal
dilihat, apakah unsur tersebut punya porsi yang bikin penonton terharu atau
enggak. Sedangkan film Shazam!, unsur keluarganya lebih kental dari
film DC lainnya, bahkan hampir mendekati unsur keluarga di film-film Disney.
Lewat karakternya,
Shazam tampil sebagai salah satu superhero anti-mainstream. Dia
nunjukkin bahwa menjadi pahlawan enggak perlu ngumpet, meski Billy
berlindung di balik jubah Shazam. Bahkan, jiwa anak-anaknya menuntut dirinya
untuk eksis di mana pun, termasuk media sosial.
film Shazam! tampil
sebagai film superhero keluarga cerah dan penuh warna, baik secara visual
maupun emosional. Banyak adegan-adegan yang bikin mata membuat timbul air mata
karena aksi maupun kejutan hingga akhir film membuat sangat terharu.
Film
superhero ini memang didesain sebagai pemenuhan fantasi dari impian paripurna
anak-anak. Siapa yang tak girang setengah mati saat punya kekuatan super yang
bisa mengalahkan penjahat super dan menyelamatkan banyak orang? Menjadi
superhero adalah hal paling keren di dunia. Itu adalah spirit dari buku komik
dan film superhero. Namun tak semua superhero merengkuh hal tersebut. Seringkali
mereka terlalu serius. Tak demikian halnya dengan Shazam. Lha gimana,
superheronya sendiri adalah anak-anak beneran.
Film Shazam! (jangan lupa tanda serunya) pada dasarnya punya dua cerita. Pertama adalah soal anak-anak yang bersenang-senang saat tahu bahwa ia adalah superhero. Kedua, soal ia yang harus melakukan kegiatan superhero. Yang pertama lebih asyik secara signifikan daripada yang terakhir. Penyebabnya barangkali karena saya jarang sekali melihat bagian ini. Berbeda dengan bagian kedua yang sudah terlalu sering kita saksikan dalam ratusan ribu film superhero sebelumnya.
Atau mungkin karena bagian pertama punya jokes yang segar? Shazam! bukanlah film superhero yang pertama kali mengolok genrenya. Meski begitu, berbeda dengan Deadpool, leluconnya terasa tulus. Ia bercanda bukan karena ingin mengolok, melainkan karena ia sungguh merasa girang menjadi superhero. Saat pertama kali ditahbiskan sebagai superhero, apa hal pertama yang harus dilakukan? Yaa, mengetes kekuatan super dong. Ngeluarin listrik? Tubuh antipeluru? Kecepatan super? Bisa terbang? Bisa menghilang? Salah satu lelucon berulang dalam film ini adalah soal mencari nama superhero yang keci, tapi kebanyakan yang kepikiran adalah yang norak.
Anak yang dianugerahi kekuatan superhero tersebut adalah Billy Batson (Asher Angel). Sebagai anak yatim-piatu, Billy sebelumnya suka kabur dari panti asuhan demi mencari keberadaan orangtua aslinya. Sampai kemudian ia diadopsi oleh sebuah keluarga hangat yang punya 5 anak adopsi lain. Salah satu di antara mereka adalah Freddie (Jack Dylan Grazer), si tukang nyeletuk yang punya kekurangan fisik sehingga harus berjalan dengan bantuan tongkat. Saat kabur dari preman yang nge-bully Freddie, Billy tiba-tiba bertemu dengan penyihir bernama Shazam (Djimon Honsou). Sekarang, saat berteriak "Shazam!", Billy akan disambar petir lalu berubah wujud menjadi superhero dewasa (Zachary Levi) yang punya 6 kekuatan dewa, yaitu kebijaksanaan (S)olomon, ketangguhan (H)ercules, stamina (A)tlas, keperkasaan (Z)eus, keberanian (A)chilles, dan kecepatan (M)ercury. Disingkat SHAZAM.
(Pengetahuan saya soal hal trivia buku komik yang sangat spesifik ini sukses menjaga keperjakaan saya selama SMA dan kuliah).
Penampakan fisik Shazam bisa disebut sebagai karakteristik standar superhero dasar. Ia punya kostum mentereng berwarna merah dengan lambang petir kuning besar yang bersinar di dada. Ia punya jubah kayak selendang ibu-ibu arisan. Ia punya tubuh berotot super yang lebih terlihat seperti diisi balon daripada otot beneran. Singkat kata, ia terlihat norak. Dan itulah poinnya. Shazam dimaksudkan sebagai manifestasi dari template superhero, pengejawantahan dari figur ideal superhero di mata anak-anak. Zachary Levi berhasil sekali mengeluarkan semangat dan pembawaan kanak-kanak dalam tubuh dewasanya yang sangat macho itu.
Ngomong-ngomong, Shazam si Penyihir menghilang setelah mewariskannya kekuatan. Jadi Billy harus mencari tahu sendiri bagaimana cara menjadi superhero. Untung ada Freddie yang adalah seorang maniak superhero. Berdua, mereka mencari tahu kekuatan Shazam dan bagaimana cara mengontrolnya. Tapi yang lebih penting adalah mengaplod videonya di Youtube dan memanfaatkan tubuh dewasa si Billy untuk membeli bir atau bolos sekolah. Dan markas. Setiap superhero harus punya markas. Diutamakan kastil di pinggir jurang atau dekat air terjun. Melihat mereka bersukacita dengan identitas baru ini adalah keseruan utama dari film.
Namun kegembiraan tak berlangsung lama. Sebab, ada ancaman dari penjahat bernama Dr Zivana (Mark Strong). Zivana punya daddy issues yang kronis, tapi masalah terbesarnya berasal dari kegagalannya direkrut oleh Shazam si Penyihir saat kecil dulu. Dendamnya berbahaya, karena ia sekarang punya kekuatan untuk memanggil 7 monster berjuluk "Seven Deadly Sins". Para monster ini sangat buruk rupa tapi juga sangat enak dilihat. Mereka punya tubuh yang beragam. Ada yang punya tangan empat, ada yang bersayap kelelawar, dan ada yang punya mulut vertikal yang bisa terbuka hingga ke perut. CGI-nya sangat meyakinkan, terutama saat kemunculan perdana mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar